CGP

KEEP STUDYING SOCIAL STUDIES AND GEOGRAPHY WITH KUSRINAWATI,S.Si

25 Jan 2011

Pembuatan Bendungan

Bendungan alamiah
Bendungan merupakan sebuah tubuh air yg sengaja dibuat manusia untuk tujuan antara lain: mengontrol aliran air, pengendali banjir, perairan, dan pembangkit listrik. Bendungan biasanya dibuat pada tempat-tempat yg bertebing curam, sempit serta aliran alir sungai dibawahnya cukup deras. Tempat-tempat yg curam dan sempit tersebut memang seringkali daerah yg mudah longsor. Itulah sebabnya daerah disekitar bendungan yg akan dibuat seringkali lerengnya distabilkan dahulu sehingga tidak longsor.
Bendungan alamiah yg terbentuk di Maluku Tengah yg ada di detik.com itu sebenernya memiliki mekanisme yang sama dengan pembuatan bendungan tersebut. Namun mekanisme penutupan bendungannya dilakukan oleh alam.
Sebelum Longsor
Sebelum mengalami longsor tebing curam lembah sungai tersebut dibawahnya mengalir air seperti sungai pada umumnya. Sungai-sungai ini biasanya berada di hulu didekat pegunungan atau perbukitan, bentuk lembahnya seperti huruf V. Sungai-sungai di hilir dekat muara, biasanya lembahnya berbentuk U dan sangat lebar.
Setelah longsorKarena tebingnya yang curam, maka tebung lembah sungai ini mudah sekali longsor dan membentuk bendungan alamiah. Pengisian air ini juga tidak sekonyong-konyong dalam waktu singkat, namun perlahan-lahan sesuai dengan debit sungai yang mengalir. Sehingga makin lama bendungan alamiah ini terisi air hingga penuh.
Naaah … ketahuilah potensi bahayanya !
Karena “bendungan” alamiah ini terusun oleh batuan lepas-lepas dan lunak tentusaja memiliki kekuatan untuk menahan menahan kolom airnya sangat terbatas. Kalau bendungan ini jebol tentusaja akan membanjiri aliran sungai kebawahnya. Apabila tubuh air yang terbendung ini cukup banyak maka akan sangat mungkin menyebabkan banjir di daerah hilir. Jadi kalau tiba-tiba ada sebuah sungai yang kehilangan supply airnya perlu diketahui penyebabnya. Apakah ada bendungan dibagian hulunya.
Menurut beberapa ahli geologi, gejala-gejala ini pernah terjadi juga di Ambon dan juga di Bali. Bahkan di Bali jebolnya bendungan ini menyebabkan banjir bandang ke persawahan.

Bukan akibat turunnya muka tanah akibat sesar/patahan.
Nah beberapa waktu yang lalu mungkin ada yang mendengar adanya kemungkinan turunnya muka tanah (nendatan atau terban atau graben) akibat patahan kan ? nah mekanisme terbentuknya danau akibat patahan tentunya berbeda dengan danau ini. jadi ndak perlu takut bahwa danau baru ini terbentuk karena ada patahan yg bergeser. Namun harus diwaspadai kemungkinan jebolnya bendungan ini karena akan menyebabkan banjir bandang, air mengalir deras bercampur batu, pasir dan tanah.

Sumber : Dongeng Geologi

Jejak UFO di Sleman Yogya

Anda mungkin akan terheran-heran melihat jejak UFO di Sleman.Tapi coba sedikit jeli memperhatikan gambar yang beredar.

Foto yg di crop sana-sini perhatikan orang yg berada disitu


Nah yang mengherankan, si “Alien” lupa mengambil gambar dari sisi-sisi lain sewaktu menyogok media untuk memuatnya. namanya CROPS, betul gambarnya saja yang dicropping sana-sini untuk mengesankan dari berbagai gambar. Perhatikan adanya orang di dekat bentuk segitiga itu !!
Untuk membuktikannya sebaiknya anda ke Jogja menyaksikan sendiri. Lumayan buat menambah PAD, menyumbang korban bencana. :) :D . Tapi jangan kaget kalau anda pas kesana cropsnya sudah hilang karena hujan. Jadinya ga ada bukti …. as usual !!

20 Jan 2011

PRAKIRAAN CURAH HUJAN

Tentunya mudah mengerti bahwa bencana akibat aktifitas meteorologis termasuk diantaranya : hujan ekstra tinggi, angin ribut dan badai gelombang laut akan salaing berhubungan. Namun fenomena aktifitas meteorologis ini juga kan menjadi pemicu banyak bencana-bencana lain termasuk banjir serta tanah longsor. Prakiraan hujan yang dibuat oleh BMKG tentunya menjadi sangat penting untuk diketahui.
:( “Pak dhe hujan yang dari atas itu apa berarti memang begitu maunya Yang Di Atas, ya Pakdhe?”
Dibawah ini peta prakiraan hujan di Indonesia.

Dari peta diatas terlihat bahwa puncak hujan pada bulan January akan terjadi terutama di Jawa. Prakiraan curah hujannya akan mencapai 400-500 mm.

Tentusaja kita tahu selama ini di Jawa Barat serta Jawa Tengah sering terjadi bencana longsor, dan juga banjir akan mungkin terjadi di Jawa Timur.
Dibawah ini citra satelit infra merah (Infra-Red) untuk Indonesia yang menunjukkan suhu ini dapat dipakai untuk memperkirakan kondisi dan pergerakan awan.
Infra red SAAT INI
Citra Sattelite Infra Red TERBARU (Auto updated)
http://www.bmkg.go.id/imagesData/satelit.jpg
Khususnya untuk Jogja dan sekitarnya curah hujan juga akan mempengaruhi atau memicu bencana lahar hujan Merapi. Tentusaja kondisi cuaca masih merupakan salah satu fenomena yang harus diperhatikan untuk mengantisipasi banjir lahar hujan (lahar dingin).

Sumber : Dongeng Geologi

19 Jan 2011

Jakarta Banjir ?? Gimana mengatasinya yaa...??


Pintu Manggarai tahun 1920-an
Bisakah Banjir Jakarta Dikurangi? Begitu sebuah artikel di LIPI. Sebuah pertanyaan yang sering mengemuka ketika musim Banjir di Jakarta. Ya, saat musim hujan sudah tiba, kita harus mulai bersiap-siap lagi.
Dalam artikel bernuansa dongengan ilmiah populer ini Pusat Geoteknologi LIPI, atau sering dikenal dengan Geotek ini menceriterakan bahwa  banjir di Jakarta memang sudah sejak dulu. Sejak jaman Bang Pitung dan Bang Jampang. Tercatat yang terbesar adalah yang terjadi pada tahun 1621, 1654, 1725 dan yang paling besar adalah yang terjadi pada tahun 1918, yang merupakan akibat dari pembabatan hutan untuk perkebunan teh di Puncak. Waktu itu, banyak korban manusia dan harta benda yang lain. Banjir itulah yang membuat Pemerintah Belanda pada saat itu membuat perencanaan untuk mencegah banjir di Batavia. Rencana pencegahan itu kemudian terkenal dengan apa yang disebut sebagai “Strategi Herman van Breen” (1920 -1926), disebut demikian karena meneer van Breen adalah ketua tim pencegahan banjir di Batavia pada saat itu.
:( “Pakdhe, kok jadi mirip cerita Merapi yang awanpanasnya sudah pernah juga sampai Cangkringan sebelumnya. Ini banjir Jakarta sudah ada sejak jaman rekiplik juga, ya”
:D “Itulah perlunya belajar sejarah, Thole. Tidak hanya sejarah perjuangan bangsa tetapi termasuk belajar sejarah geologinya. Karena manusia jangka hidupnya terlalu bayi dibanding usia bumi tempat dipijak.”

Strategy mengatasi banjir dari Meneer Van Breen

Strateginya sangat sederhana yaitu mengendalikan air agar tidak masuk kota. Untuk itu dibuatlah kolektor air dipinggiran selatan kota dan untuk kemudian dialirkan ke laut melalui tepi barat kota. Waktu itu batas selatan kota adalah di Manggarai. Jadi saluran itu dimulai dari sana terus melalui pinggir kota dan berakhir di Muara Angke. Saluran tersebut yang terkenal dengan sebutan Banjir Kanal (sekarang Banjir Kanal Barat). Kanal ini pada saat sekarang sudah tidak bisa bekerja secara optimal karena Jakarta sudah menjadi sangat luas dan tempat parkir air di hulu sudah semakin sempit. Aliran air menjadi semakin liar mulai dari hulu.

Peta jadul Batavia
Sebenarnya strategi Meneer Breen ini masih bisa kita adopsi untuk keadaan saat ini, dengan memperhitungkan luas kota, kodisi bangunan, kepadatan penduduk, dan juga kondisi geologi Jakarta. Selama ini kalau banjir, yang selalu dipermasalahkan adalah kondisi di permukaan saja. Diskusi pencegahan banjir jarang mengikutkan kondisi geologi Jakarta yang sebenarnya punya peranan penting sebagai penyebab banjir. Logikanya, mengapa terjadi banjir di zaman dulu di saat tutupan lahan masih bagus, bangunan masih sangat sedikit, sementara hujan (tanpa memperhitungkan perioda ulang) yang jatuh di Jakarta relatif sama dari tahun ke tahun. Mestinya ada faktor yang lain di bawah permukaan.

Dari analisis kondisi geologi Cekungan Jakarta yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI, Bandung, kondisi geologi di selatan Jakarta ikut berperan sebagai penyebab banjir. Seperti kita ketahui bahwa Formasi Bojongmanik yang masif menyebar dgn arah hampir barat-timur (Serpong sampai Cibinong) dan bertindak seperti underground dam bagi air tanah yang mengalir dari daerah tinggian di Selatan Jakarta. Secara sederhana dapat kita artikan bahwa airtanah umumnya akan keluar ke permukaan disepanjang penyebaran formasi ini dan menambah pasokan air permukaan yang mengalir ke hilir, ke Jakarta dan sekitarnya. Dalam kondisi jenuh air, hampir semua air hujan yang turun dibagian hulu akan menjadi air permukaan yang lari kemana-mana karena kapasitas sungai dan drainase yang ada sudah tak mencukupi. Banjir, lah. Istilahnya sekarang, air menggenang dimana-mana.
Tapi, jangan lekas putus asa dan membuat pernyataan : Siapapun Gubernur Jakarta atau siapapun Presiden Indonesia, tidak ada yang bisa mencegah banjir Jakarta. Kalau ada keinginan yang teguh dan kuat mestinya bisa. Memaksimalkan fungsi kedua banjir kanal, memperdalam dalam dasar 13 sungai yang mengalir melintasi Jakarta, dan perbaikan drainase di tepi jalan-jalan raya, tentulah akan mengurangi banjir sesaat yang sering terjadi di Jakarta akhir-akhir ini dan menyebabkan macet yang tak jelas ujung pangkalnya. Jadi, strategi Breen sebenarnya masih valid, ditambah dengan memperhitungkan kondisi geologi dalam analisis penentuan lokasi kolektor air di hulu.
:( “Wah Pakdhe, hebat ini pandangan LIPI sangat realis ya ?”
:D “Bener Thole, walaupun dibuat biopori, sumur resapan dll diseluruh permukaan jakarta, kalau tanahnya sudah jenuh air hujan ya tidak mampu lagi menyerap air permukaan. Makanya pemanfaatan ilmu kanuragan para punggawa dirjen pengairan dengan menggunakan rekayasa atau engineering banjir kanal merupakan satu cara cerdas manusai dalam memanfaatkan alam yang serba terbatas”

Aliran air bawah permukaan


Penampang ini munjukkan pola lokal yang dapat diidentifikasikan sebagai daerah resapan lokal. Bila dibandingkan dengan penampang geologi, pola ini merefleksikan/menggambarkan sistem aliran air tanah yg dikendalikan formasi batugamping yg disebut juga tinggian Depok. Perbedaan ini terrefleksikan pada aliran airpanas didekat permukaan.
Dari analisis temperatur bawah permukaan dan isotop stabil, kita simpulkan bahwa dataran Jakarta hampir 75 %-nya daerah luahan (discharge area). Jadi air memang lebih cenderung mengali di permukaan daripada pada meresap masuk. Sementara daerah yang tadinya berperan sebagai daerah resapan (recharge area), sekitar 25% dari luas Jakarta, sudah berubah menjadi kompleks bangunan yang kapasitas meresapkan air menjadi sangat sedikit. Jadi meskipun tidak ada kiriman dari Puncak dan Bogor, di Jakarta bila ada hujan cenderung akan terjadi banyak genangan di daerah-daerah yang lebih rendah. Karena endapan di Jakarta adalah endapan delta yang di dominasi endapan sungai dan endapan pantai. Di daerah ini aliran air kadang tak terduga dan kecenderungan tanah ambles juga tinggi. Endapan delta biasanya unconsolidated ditambah ekploitasi airtanah yang berlebihan, bangunan yang sangat masif dan berat, semua akan memicu terjadinya amblesan yang akan menambah dalam daerah genangan.
:( “Looh Pakdhe, kok banyak pengaruh faktor bawah permukaannya juga ya ? Katanya itu hanya limpasan permukaan saja ?”
:D “Kalau yg meneliti GeoTek LIPI ya menunjukkan bagaimana sifat bawah permukaan akan mengontrol yang dipermukaan, Thole”
Jadi apa yang mesti dilakukan? Yang paling sederhana adalah memperluas dan memperdalam daerah2 yang bisa dipakai air untuk parkir, dengan perbaikan kondisi sungai, pembuatan kanal atau saluran drainase yang lebih banyak., karena Jakarta tidak mesti menunggu tetangga untuk memperbaiki kondisi tutupan lahan agar tidak mengalirkan air dalam jumlah banyak ke Jakarta. Usaha perbaikan ini sebenarnya sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta, mungkin agak sedikit kalah cepat pembangunan yang dilakukan dibanding hujan yang turun dan adanya musim yang tidak lazim pada beberapa tahun terakhir. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi pembangunan resort di tepi pantai, karena tanpa disadari daerah yang dipenuhi oleh bangunan di tepi pantai secara tidak sengaja bertindak sebagai penghalang air untuk mengalir lepas ke laut dan menyebabkan banjir beberapa saat di daerah yang terletak di belakangnya.
Jadi, apakah banjir Jakarta bisa dikurangi? “Mestinya bisa, dong!” demikian kata Robert Delinom dari LIPI.
Sumber : LIPI & Dongeng Geologi

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes