CGP

KEEP STUDYING SOCIAL STUDIES AND GEOGRAPHY WITH KUSRINAWATI,S.Si

Showing posts with label Ilmu Pengetahuan. Show all posts
Showing posts with label Ilmu Pengetahuan. Show all posts

17 Apr 2014

MATERI PENGAYAAN UJIAN NASIONAL SMP 2014

Bagi siswa-siswi, bapak dan ibu guru dan semuanya...
Di bawah ini ada beberapa link tentang materi pengayaan ujian nasional 2014.
Mudah-mudahan bermanfaat bagi siswa- siswi yang menghadapi Ujian Nasional.
Pengayaan ini berisi tentang soal-soal dan pembahasannya...
Jadi selamat belajar dan semoga sukses yaaa....

1. Klik Materi Pengayaan Bahasa Indonesia UN 2014 
2. Klik Materi Pengayaan Bahasa Inggris UN 2014
3. Klik Materi Pengayaan IPA UN 2014
4. Klik Materi Pengayaan Matematika UN 2014

SELAMAT BELAJAR DAN SEMOGA SUKSES YAA


28 Mar 2011

WAJAHMU SEPERTI BULAN...???


Rotasi
Mungkin banyak yang tidak mengetahui bahwa wajah bulan yang menghadap kebumi selalu sama. Ya bulan tidak berotasi seperti bumi, rotasi bulan adalah bersama-sama dengan revolusi bulan.
Rotasi adalah perputaran benda pada suatu sumbu yang tetap, misalnya perputaran gasing dan perputaran bumi pada poros/sumbunya. Untuk bumi, rotasi ini terjadi pada garis/poros/sumbu utara-selatan (garis tegak dan sedikit miring ke kanan). Jadi garis utara-selatan bumi tidak berimpit dengan sumbu rotasi bumi, seperti yang terlihat pada “globe bola dunia” yang digunakan dalam pelajaran ilmu bumi/geografi. [wikipedia]

Revolusi bumi adalah peredaran bumi mengelilingi matahari. Sedangkan Revolusi Bulan ada dua, yaitu mengelilingi bumi, dan mengelilingi matahari bersama-sama dengan bumi. Secara mudah tergambarkan dalam video seperti dibawah ini :


Wajah bulan yang selalu menghadap ke bumi
Rotasi Bumi memerlukan waktu 24 jam untuk satu kali berputar. Revolusi bumi mengitari matahari memerlukan waktu 365 hari (1 tahun). Sedangkan Rotasi Bulan terlihat memiliki perilaku yang berbeda dengan bumi. Revolusi bulan mengelilingi bumi memerlukan waktu 27.3 hari, demikian juga waktu yang diperlukan untuk rotasinya. Kalau Bumi berotasi, dan juga memiliki gerakan revolusi mengelilingi matahari. Bulan memiliki gerakan revolusi terhadap bumi dan terhadap Matahari.
Dengan demikian, muka (wajah bulan) yang menghadap ke bumi selalu sama.
Bagaimana melihat sisi disebalik wajah bulan ?

Wajah bulan yang tersembunyi.

Karena bulan mengelilingi bumi tetapi laju rotasinya sama dengan laju revolusinya maka muka bulan yang menghadap ke bumi selalu sama. Wajah bulan yang terlihat dibumi selalu sama. Walaupun bumi memiliki kecepatan rotasi 24 jam untuk satu kali putaran, bulan memiliki kecepatan rotasi dan revolusi yang sama yaitu selama 27.3 hari.
Hingga tahun 1959, manusia hanya mampu melihat satu sisi saja. Pada tahun 1959 itu Soviet meluncurkan Luna-3. Pesawat yang mampu mengambil gambar sisi luar dari Bulan.
Tahun 2009 NASA kembali meluncurkan satelit dengan kamera lensa lebar (Wide angle) khusus untuk melihat sisi yang selalu tersembunyi ini. Satelit ini dinamakan Lunar Reconnaissance Orbiter Camera (LROC) Wide Angle Camera (WAC). Dengan satelit ini wajah bulan difoto berulang-ulang sambil mengelilingi bulan dan dibuat mosaic sehingga diketahui banyak sisi luar bulan yang sebelumnya tak terlihat dari bumi.
Wajah bulan dari riset NASA ini baru dirilis bulan Maret 2011 ini, dapat dilihat dibawah ini. Lihat bagian yang relatif mulus dan bagian yang relatif bopeng akibat perbedaan kerak bulan.

Sisi-sisi bulan yang halus dan kasar.
Ada yang menarik dari sisi terluar ini. Ya wajahnya ternyata lebih belntong-blentong diperkirakan karena memiliki ketebalan kerak (lapisan dingin padat) yang lebih tebal dan dataran tinggi mendominasi kerak. Sebuah dunia yang berbeda dari apa yang kita lihat dari Bumi. Mengapa kerak disana lebih tebal ? Itu masih banyak diperdebatkan. Salah satu kemungkinan adalah karena gaya centripetal yg mendominasi satu sisi dan mengontrol densitas dari kerak.
Dengan adanya wajah lengkap bulan ini maka riset tentang bulanpun dimulai. Dan tempat turunnya Apollo juga dicari-cari lagi. Barangkali untuk menangkal atau membuktikan pendaratan Apollo 11 di Bulan pada tahun 1969 itu.
Dibawah ini lokasi pendaratan misi Apollo-Apollo mulai Apollo 11 yang dirilis pada terbitan pertama LROC tahun 2009.

.”]
Apollo 11 (UL; 282 meters wide), Apollo 15 (UR; 384 meters wide), Apollo 16 (ML; 256 meters wide), Apollo 17 (MR; 359 meters wide), Apollo 14 (Bottom; 538 meters wide) [NASA/GSFC/Arizona State University
Nah kalau ingin melihat wajah bulan secara lengkap bisa dilihat dibawah ini. Ayo dicari dimana Apollo mendarat ? :

Sumber : Dongeng Geologi

3 Mar 2011

Cara membuat “Crop Circle”

Crops Circle dengan geometri fraktal
Berita heboh munculnya Crop Circle di Berbah Sleman, Yogyakarta menjadi menarik ketika kita tidak tahu bagaimana membuatnya. Sehingga muncul spekulasi-spekulasi bahwa itu dibuat oleh Alien atau UFO.Bentuk dan macam ragam Crops memang secara geometri menarik sekali. Beberapa memiliki geometri Fraktal.
:( “Wah iya, Pakdhe dulu thesis S2-nya tentang Fraktal kan ? Dongengin fraktal dong Pakdhe !”
Kalau Crop Circle itu mengherankan kamu karena cara pembuatannya, mestinya kita juga heran dengan pembuatan Candi Borobudur yang memiliki geometri segi-empat sempurna, kan ? Coba saja pikirkan apakah waktu pembuatan Borobudur itu sudah ada alat ukur Theodolite ? GPS belom ada, Sattelit belum juga ada namun geometri Borobudur benar-benar sempurna !.

Awali dengan rancangan (denah atau peta)

Setiap bangunan selalu dibuat dengan sebuah design rancangan. Rancangan ini dibuat dengan metode grafis dimana rancangan crops ini akan menjadi seperti peta. Mirip kalau membuat rancangan rumah. Semua dibuat dengan skala. Berbagai design crops dijumpai didunia ini.
Berbagai macam desain crop circle
Setelah rancangan dibuat dalam kertas layaknya membuat rumah, maka barulah dibuat sesuai ukuran yang ada dalam kenyataan.

Bagaimana membuat lingkarannya ?

Tentunya kita harus mencari lokasi yang cukup luas supaya terlihat bagus. Juga daerah ini sedang ada tanaman yang cukup besar untuk dipatahkan. Bisa saja berupa sawah yang sedang menguning, maupun kebon tebu. Namun kalau kebon tebu perlu trantor membuatnya. Banyak cara dalam membuat lingkaran ini. Namun cara termudah tentunya dengan dua orang yang satu menjadi pusat lingkaran dan lainnya berjalan memutar.
Membuat Lingkaran
Setelah seluruh design diberi patok-patok, maka kita dapat merubuhkan tanaman padi dengan cara menekan menggunakan plat Kalau mau tahu cara dalam video silahkan tengok dibawah ini : Nah kalau memang geometri itu saja sudah mampu membuat terheran-heran dengan crops , mestinya orang lainpun akan lebih heran lagi melihat Borobudur beserta candi-candi di sana, kan ? Bayangkan ukuran Borobudur  dibawah ini.
sumber wikipedia
Ukurannya 118x188 meter persegi
View Larger Map Bagaimana dengan Crops di Sleman itu ? Sangat mungkin Crops di Sleman itu buatan manusia juga. Cara-cara pembuatannya menjadi tidak mustahil dengan pengetahuan geometri yang sudah kita kenali saat ini. Namun pembuatnya tentunya cukup cerdik dalam mengimbang ambingkan pikiran serta minat kita untuk melihatnya.
:( “Kalau gitu wajib ditonton Pakdhe ?” :D “Ya tentusaja wajib ditonton. Ayo ke Jogja !!!. Namun setelah itu jangan lupa menengok Borobudur, ya ! Walaupun harus melewati jalan memutar kalau saja jalan raya Jogja Magelang terputus karena terjangan lahar hujan atau lahar dingin Merapi “. :( “Kalau begitu sebaiknya kawan-kawan ISI – Istitut Seni Indonesia bia membuatnya lebih banyak supaya Jogja semakin laris manis, dan tetap istimewa !

Kasihan yang punya sawah ?

Tunggu dulu ….  Lumayan looh, dapat keuntungan menjadi UFO Tourism. Pada tahun 1996, sebuah crop circle muncul di dekat Stonehenge, Inggris. Petani pemiliknya meminta orang
membayar untuk melihat, dan dia berhasil  mengumpulkan sekitar $ 47.000
(450 Juta rupiah) dalam empat minggu. Nilai aktual dari tanamannya
sendiri hanya $235 (kurang dari 2.5 juta rupiah).

Sumber : Dongeng Geologi

24 Feb 2011

Pengendapan Lahar Hujan

SABO
Pada prinsipnya penanggulangan lahar hujan ini adalah pengaturan sedimen. Itulah sebabnya dalam kategori penanganan di PU, lahar hujan ini masuk dalam bencana sedimen. Secara mudah sedimen itu akan mengendap ketika alirannya melambat disitulah akan terjadi sedimentasi. Dengan demikian usaha penanganannya adalah mengontrol dimana kita akan meletakkan (mendeposisikan) material-material ini. Tentusaja akan diusahakan dimana dampaknya paling kecil. Nah, besar kecilnya dampak ini yang bisa bikin berantem. dimanakah sebaiknya mambangun SABO ini.
Distribution of recent lahar deposits on Merapi slopes (JICA, 1980). The 13 rivers shown had lahars during historical time AD 1500–1900s. Large lahar deposits are mainly located in-between the Apu and Woro Rivers. Total area of lahar deposits is about 286 km2

Endapan alami lahar hujan

Gambar disebelah kanan ini memperlihatkan lokasi-lokasi endapan lahar hujan yang dikumpulkan oleh JICA (Japan Corporation Agency, 1980). Distribusi atau penyebaran lahar hujan ini terjadi secara alami tanpa usaha manusia untuk menahan atau mengaturnya. Secara tehnis material yg diangkut air ini akan mengendap apabila laju alirannya melemah atau kecepatan airnya berkurang. Laju (kecepatan) aliran ini tergantung pada sudut kemiringan lereng. ketika kemiringan lereng masih tinggi maka disitu lajunya kencang, dan material ukuran besar lebih mudah terendapkan. Tentusaja laju yang kencang ini juga memiliki daya merusak lebih besar juga. Walaupun kita endapkan diatas bukan berarti selesei tugasnya. Tetapi secara praktis itulah cara paling aman (untuk saat ini) dalam menyelamatkan atau dalam mengurangi dampak yang lebih besar. Dongengan bagaimana dan dimana endapan piroklastik serta lahar diendapkan  sebenernya bisa didekati dengan ilmu fisika dasar. Gaya yang bekerja disini gaya gravitasi. Sehingga elevasi merupakan potensi energi. Kalau benda (sedimen) masih berada di elevasi tinggi, maka energi potensialnya juga tinggi. Artinya mengendapkan di daerah elevasi tinggi sebenarnya “menyimpan” atau menumpuk energi yang suatu saat juga harus turun kebawah. Kalau tumpukan diatas ini tidak stabil juga akan berbahaya bila terjadi longsoran.
Daerah pengendapan piroklastik dan pengendapan lahar hujan
Secara teori energinya habis (potensinya paling kecil) ketika sedimen berada pada elevasi terrendah.
Sabo merupakan salah satu usaha manusia dalam mengontrol dimana lahar ini akan diendapkan. Dugaan SABO membelokkan awanpanas pernah saya dengar tetapi ketika melihat kenyataan dilapangan, dapat kita lihat bahwa bendungan SABO ini terlalu “kecil” kemampuan mempengaruhiarah luncuran awanpanas. (lihat gambar paling atas). Kalau melihat kecepatan lucuran serta jumlah material yang mengalir, perkiraan yg pernah saya dengan dari kawan di PVMBG bendungan SABO ini penuh dalam waktu sekitar 9 detik. Artinya menghilangkan bendungan ini hanya mampu menyelamatkan dusun Kinahrejo selama 9 detik saja.

Mengapa Sabo diperlukan ?

Lahar hujan selain memiliki daya rusak ketika mengalir, juga memiliki bahaya terendapkan pada daerah yang memiliki nilai ekonomis, misalnya: pemukiman-perumahan, jalan raya dan kereta api, airport, pabrik, mall, toko dll.
Lokasi endapan piroklastik 2010 mengancam lereng bawah Merapi sebelah selatan. Endapan piroklastik ini hanya sebagian saja. Ada endapan disebelah barat yang saat ini sidah sering terkena hujan dan menyebabkan lahar hujan hingga ke daerah Mlati Sleman.
Seandainya lahar ini tidak dijaga maka dapat kita lihat bagaimana potensi daerah-daerah landai di Merapi ini sangat terancam. Salah satu cara atau metode moderen adalah dengan membuat SABO untuk menahan sementara supaya endapan tetap berada diatas.
Memang seolah-olah bendungan SABO ini menguntungkan yang dibawah. Kalau dari banyak sisi sosio-ekonomis jelas lebih banyak yang akan diselamatkan dengan adanya SABO ini. Memang bener saya juga melihat banyak SABO yang dibangun terlalu keatas. SABO bukan pengontrol awanpanas, sehingga kalau masih ada luncuran awanpanas mestinya tidak dibangun SABO, karena SABO lebih diutamakan mengontrol lahar hujan. Dalam design idealnya SABO dibangun di lereng transportasi.
Idealnya SABO dibuat pada daerah transportasi, supaya aliran material lahar hujan dikurangi daya rusaknya dan dikontrol lokasi pengendapannya.
Jadi membuat sabo dibagian atas lereng Merapi itu memang sebuah usaha manusia dalam “menahan” atau mengontrol energi potensial dan energi mekanik dari aliran lahar hujan. Itulah sebabnya SABO ini dibuat berjenjang supaya daya rusak aliran lahar hujan ini dapat dikurangi secara bertahap.

Berdansa dengan Perubahan Morfologi

Proses erosi dan sedimentasi merupakan salah satu proses pembentukan bentang alam (morfologi). Proses ini tidak akan berhenti. Sabo akan penuh, dan manusia akan membangunnya kembali. Alam tentunya selalu berubah, pinter-pinteraannya manusia saja bagaiamana mampu berdansa dengan perubahan morfologi :)


Sumber : Dongeng Geologi

25 Jan 2011

Pembuatan Bendungan

Bendungan alamiah
Bendungan merupakan sebuah tubuh air yg sengaja dibuat manusia untuk tujuan antara lain: mengontrol aliran air, pengendali banjir, perairan, dan pembangkit listrik. Bendungan biasanya dibuat pada tempat-tempat yg bertebing curam, sempit serta aliran alir sungai dibawahnya cukup deras. Tempat-tempat yg curam dan sempit tersebut memang seringkali daerah yg mudah longsor. Itulah sebabnya daerah disekitar bendungan yg akan dibuat seringkali lerengnya distabilkan dahulu sehingga tidak longsor.
Bendungan alamiah yg terbentuk di Maluku Tengah yg ada di detik.com itu sebenernya memiliki mekanisme yang sama dengan pembuatan bendungan tersebut. Namun mekanisme penutupan bendungannya dilakukan oleh alam.
Sebelum Longsor
Sebelum mengalami longsor tebing curam lembah sungai tersebut dibawahnya mengalir air seperti sungai pada umumnya. Sungai-sungai ini biasanya berada di hulu didekat pegunungan atau perbukitan, bentuk lembahnya seperti huruf V. Sungai-sungai di hilir dekat muara, biasanya lembahnya berbentuk U dan sangat lebar.
Setelah longsorKarena tebingnya yang curam, maka tebung lembah sungai ini mudah sekali longsor dan membentuk bendungan alamiah. Pengisian air ini juga tidak sekonyong-konyong dalam waktu singkat, namun perlahan-lahan sesuai dengan debit sungai yang mengalir. Sehingga makin lama bendungan alamiah ini terisi air hingga penuh.
Naaah … ketahuilah potensi bahayanya !
Karena “bendungan” alamiah ini terusun oleh batuan lepas-lepas dan lunak tentusaja memiliki kekuatan untuk menahan menahan kolom airnya sangat terbatas. Kalau bendungan ini jebol tentusaja akan membanjiri aliran sungai kebawahnya. Apabila tubuh air yang terbendung ini cukup banyak maka akan sangat mungkin menyebabkan banjir di daerah hilir. Jadi kalau tiba-tiba ada sebuah sungai yang kehilangan supply airnya perlu diketahui penyebabnya. Apakah ada bendungan dibagian hulunya.
Menurut beberapa ahli geologi, gejala-gejala ini pernah terjadi juga di Ambon dan juga di Bali. Bahkan di Bali jebolnya bendungan ini menyebabkan banjir bandang ke persawahan.

Bukan akibat turunnya muka tanah akibat sesar/patahan.
Nah beberapa waktu yang lalu mungkin ada yang mendengar adanya kemungkinan turunnya muka tanah (nendatan atau terban atau graben) akibat patahan kan ? nah mekanisme terbentuknya danau akibat patahan tentunya berbeda dengan danau ini. jadi ndak perlu takut bahwa danau baru ini terbentuk karena ada patahan yg bergeser. Namun harus diwaspadai kemungkinan jebolnya bendungan ini karena akan menyebabkan banjir bandang, air mengalir deras bercampur batu, pasir dan tanah.

Sumber : Dongeng Geologi

20 Jan 2011

PRAKIRAAN CURAH HUJAN

Tentunya mudah mengerti bahwa bencana akibat aktifitas meteorologis termasuk diantaranya : hujan ekstra tinggi, angin ribut dan badai gelombang laut akan salaing berhubungan. Namun fenomena aktifitas meteorologis ini juga kan menjadi pemicu banyak bencana-bencana lain termasuk banjir serta tanah longsor. Prakiraan hujan yang dibuat oleh BMKG tentunya menjadi sangat penting untuk diketahui.
:( “Pak dhe hujan yang dari atas itu apa berarti memang begitu maunya Yang Di Atas, ya Pakdhe?”
Dibawah ini peta prakiraan hujan di Indonesia.

Dari peta diatas terlihat bahwa puncak hujan pada bulan January akan terjadi terutama di Jawa. Prakiraan curah hujannya akan mencapai 400-500 mm.

Tentusaja kita tahu selama ini di Jawa Barat serta Jawa Tengah sering terjadi bencana longsor, dan juga banjir akan mungkin terjadi di Jawa Timur.
Dibawah ini citra satelit infra merah (Infra-Red) untuk Indonesia yang menunjukkan suhu ini dapat dipakai untuk memperkirakan kondisi dan pergerakan awan.
Infra red SAAT INI
Citra Sattelite Infra Red TERBARU (Auto updated)
http://www.bmkg.go.id/imagesData/satelit.jpg
Khususnya untuk Jogja dan sekitarnya curah hujan juga akan mempengaruhi atau memicu bencana lahar hujan Merapi. Tentusaja kondisi cuaca masih merupakan salah satu fenomena yang harus diperhatikan untuk mengantisipasi banjir lahar hujan (lahar dingin).

Sumber : Dongeng Geologi

19 Jan 2011

Jakarta Banjir ?? Gimana mengatasinya yaa...??


Pintu Manggarai tahun 1920-an
Bisakah Banjir Jakarta Dikurangi? Begitu sebuah artikel di LIPI. Sebuah pertanyaan yang sering mengemuka ketika musim Banjir di Jakarta. Ya, saat musim hujan sudah tiba, kita harus mulai bersiap-siap lagi.
Dalam artikel bernuansa dongengan ilmiah populer ini Pusat Geoteknologi LIPI, atau sering dikenal dengan Geotek ini menceriterakan bahwa  banjir di Jakarta memang sudah sejak dulu. Sejak jaman Bang Pitung dan Bang Jampang. Tercatat yang terbesar adalah yang terjadi pada tahun 1621, 1654, 1725 dan yang paling besar adalah yang terjadi pada tahun 1918, yang merupakan akibat dari pembabatan hutan untuk perkebunan teh di Puncak. Waktu itu, banyak korban manusia dan harta benda yang lain. Banjir itulah yang membuat Pemerintah Belanda pada saat itu membuat perencanaan untuk mencegah banjir di Batavia. Rencana pencegahan itu kemudian terkenal dengan apa yang disebut sebagai “Strategi Herman van Breen” (1920 -1926), disebut demikian karena meneer van Breen adalah ketua tim pencegahan banjir di Batavia pada saat itu.
:( “Pakdhe, kok jadi mirip cerita Merapi yang awanpanasnya sudah pernah juga sampai Cangkringan sebelumnya. Ini banjir Jakarta sudah ada sejak jaman rekiplik juga, ya”
:D “Itulah perlunya belajar sejarah, Thole. Tidak hanya sejarah perjuangan bangsa tetapi termasuk belajar sejarah geologinya. Karena manusia jangka hidupnya terlalu bayi dibanding usia bumi tempat dipijak.”

Strategy mengatasi banjir dari Meneer Van Breen

Strateginya sangat sederhana yaitu mengendalikan air agar tidak masuk kota. Untuk itu dibuatlah kolektor air dipinggiran selatan kota dan untuk kemudian dialirkan ke laut melalui tepi barat kota. Waktu itu batas selatan kota adalah di Manggarai. Jadi saluran itu dimulai dari sana terus melalui pinggir kota dan berakhir di Muara Angke. Saluran tersebut yang terkenal dengan sebutan Banjir Kanal (sekarang Banjir Kanal Barat). Kanal ini pada saat sekarang sudah tidak bisa bekerja secara optimal karena Jakarta sudah menjadi sangat luas dan tempat parkir air di hulu sudah semakin sempit. Aliran air menjadi semakin liar mulai dari hulu.

Peta jadul Batavia
Sebenarnya strategi Meneer Breen ini masih bisa kita adopsi untuk keadaan saat ini, dengan memperhitungkan luas kota, kodisi bangunan, kepadatan penduduk, dan juga kondisi geologi Jakarta. Selama ini kalau banjir, yang selalu dipermasalahkan adalah kondisi di permukaan saja. Diskusi pencegahan banjir jarang mengikutkan kondisi geologi Jakarta yang sebenarnya punya peranan penting sebagai penyebab banjir. Logikanya, mengapa terjadi banjir di zaman dulu di saat tutupan lahan masih bagus, bangunan masih sangat sedikit, sementara hujan (tanpa memperhitungkan perioda ulang) yang jatuh di Jakarta relatif sama dari tahun ke tahun. Mestinya ada faktor yang lain di bawah permukaan.

Dari analisis kondisi geologi Cekungan Jakarta yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI, Bandung, kondisi geologi di selatan Jakarta ikut berperan sebagai penyebab banjir. Seperti kita ketahui bahwa Formasi Bojongmanik yang masif menyebar dgn arah hampir barat-timur (Serpong sampai Cibinong) dan bertindak seperti underground dam bagi air tanah yang mengalir dari daerah tinggian di Selatan Jakarta. Secara sederhana dapat kita artikan bahwa airtanah umumnya akan keluar ke permukaan disepanjang penyebaran formasi ini dan menambah pasokan air permukaan yang mengalir ke hilir, ke Jakarta dan sekitarnya. Dalam kondisi jenuh air, hampir semua air hujan yang turun dibagian hulu akan menjadi air permukaan yang lari kemana-mana karena kapasitas sungai dan drainase yang ada sudah tak mencukupi. Banjir, lah. Istilahnya sekarang, air menggenang dimana-mana.
Tapi, jangan lekas putus asa dan membuat pernyataan : Siapapun Gubernur Jakarta atau siapapun Presiden Indonesia, tidak ada yang bisa mencegah banjir Jakarta. Kalau ada keinginan yang teguh dan kuat mestinya bisa. Memaksimalkan fungsi kedua banjir kanal, memperdalam dalam dasar 13 sungai yang mengalir melintasi Jakarta, dan perbaikan drainase di tepi jalan-jalan raya, tentulah akan mengurangi banjir sesaat yang sering terjadi di Jakarta akhir-akhir ini dan menyebabkan macet yang tak jelas ujung pangkalnya. Jadi, strategi Breen sebenarnya masih valid, ditambah dengan memperhitungkan kondisi geologi dalam analisis penentuan lokasi kolektor air di hulu.
:( “Wah Pakdhe, hebat ini pandangan LIPI sangat realis ya ?”
:D “Bener Thole, walaupun dibuat biopori, sumur resapan dll diseluruh permukaan jakarta, kalau tanahnya sudah jenuh air hujan ya tidak mampu lagi menyerap air permukaan. Makanya pemanfaatan ilmu kanuragan para punggawa dirjen pengairan dengan menggunakan rekayasa atau engineering banjir kanal merupakan satu cara cerdas manusai dalam memanfaatkan alam yang serba terbatas”

Aliran air bawah permukaan


Penampang ini munjukkan pola lokal yang dapat diidentifikasikan sebagai daerah resapan lokal. Bila dibandingkan dengan penampang geologi, pola ini merefleksikan/menggambarkan sistem aliran air tanah yg dikendalikan formasi batugamping yg disebut juga tinggian Depok. Perbedaan ini terrefleksikan pada aliran airpanas didekat permukaan.
Dari analisis temperatur bawah permukaan dan isotop stabil, kita simpulkan bahwa dataran Jakarta hampir 75 %-nya daerah luahan (discharge area). Jadi air memang lebih cenderung mengali di permukaan daripada pada meresap masuk. Sementara daerah yang tadinya berperan sebagai daerah resapan (recharge area), sekitar 25% dari luas Jakarta, sudah berubah menjadi kompleks bangunan yang kapasitas meresapkan air menjadi sangat sedikit. Jadi meskipun tidak ada kiriman dari Puncak dan Bogor, di Jakarta bila ada hujan cenderung akan terjadi banyak genangan di daerah-daerah yang lebih rendah. Karena endapan di Jakarta adalah endapan delta yang di dominasi endapan sungai dan endapan pantai. Di daerah ini aliran air kadang tak terduga dan kecenderungan tanah ambles juga tinggi. Endapan delta biasanya unconsolidated ditambah ekploitasi airtanah yang berlebihan, bangunan yang sangat masif dan berat, semua akan memicu terjadinya amblesan yang akan menambah dalam daerah genangan.
:( “Looh Pakdhe, kok banyak pengaruh faktor bawah permukaannya juga ya ? Katanya itu hanya limpasan permukaan saja ?”
:D “Kalau yg meneliti GeoTek LIPI ya menunjukkan bagaimana sifat bawah permukaan akan mengontrol yang dipermukaan, Thole”
Jadi apa yang mesti dilakukan? Yang paling sederhana adalah memperluas dan memperdalam daerah2 yang bisa dipakai air untuk parkir, dengan perbaikan kondisi sungai, pembuatan kanal atau saluran drainase yang lebih banyak., karena Jakarta tidak mesti menunggu tetangga untuk memperbaiki kondisi tutupan lahan agar tidak mengalirkan air dalam jumlah banyak ke Jakarta. Usaha perbaikan ini sebenarnya sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta, mungkin agak sedikit kalah cepat pembangunan yang dilakukan dibanding hujan yang turun dan adanya musim yang tidak lazim pada beberapa tahun terakhir. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi pembangunan resort di tepi pantai, karena tanpa disadari daerah yang dipenuhi oleh bangunan di tepi pantai secara tidak sengaja bertindak sebagai penghalang air untuk mengalir lepas ke laut dan menyebabkan banjir beberapa saat di daerah yang terletak di belakangnya.
Jadi, apakah banjir Jakarta bisa dikurangi? “Mestinya bisa, dong!” demikian kata Robert Delinom dari LIPI.
Sumber : LIPI & Dongeng Geologi

26 Nov 2010

Mengenal Gunung Bromo

Bromo
Mengeral Bromo tentunya tidak akan pernah lepas dari Kaldera Tengger. Kaldera Tengger ini memiliki panorama yang sangat menarik, karena tidak hanya bentang alam vulkanik yang hanya bentuk kerucut saja yang terlihat, didalam kaldera ini ada bermacam-macam bentang alam yg sangat indah.
:( “Kalau Merapi dikenal aktifitasnya, Tengger ini dikenal karena keindahannya ya Pakdhe” :D “Selain keindahannya juga keunikannya, Thole”

Kaldera Tengger

Salah satu keuninkan dari Gunung Bromo adalah adanya Kaldera Tengger. Kaldera Tengger berukuran lebar sekitar 16-km terletak di ujung utara sebuah gunungapi massif yang membentang dari gunung Semeru. Kompleks vulkanik Tengger diperkirakan mengalami aktifitas besar-besaran sekitar 820.000 tahun yang lalu. Gunung ini terdiri dari lima stratovolcanoes yang saling tumpang tindih, masing-masing dipotong oleh sebuah kaldera. kubah lava, kerucut piroklastik, dan maar yang menduduki sisi-sisi massif tersebut.
Kaldera Tengger
Kaldera Ngadisari yang berada pada ujung Timurlaut dari kompleks ini terbentuk sekitar 150.000 tahun yang lalu dan kini telah mengering karena diperkirakan airnya mengalir melalui Lembah Sapikerep. Yang paling menarik dari kaldera Tengger adalah adanya “lautan pasir” seluas 9 x 10 km yang terletak pada ujung Barat daya dari kompleks ini. Komplek ini diperkirakan terbentuk secara bertahap selama Pleistosen akhir dan Holosen awal, atau sekitar 2 juta tahun lalu. Sebuah cluster tumpang tindih kerucut pasca kaldera dibangun di lantai kaldera lautan pasir dalam beberapa ribu tahun terakhir.
Dalam peta jadul Kaldera Tengger digambarkan seperti dibawah ini
Tengger digambarkan oleh FR Junghuhn tahun 1844. Lihat keunikannya dalam menggambarkan lereng dengan teknik arsir (hachure).
Sad Agus seorang geologist di IAGI menjelaskan bahwa keadaan topografi bervariasi dari bergelombang dengan lereng yang landai sampai berbukit bahkan bergunung dengan derajat kemiringan yang tegak. Ketinggian tempat antara 750 – 3.676 m dpl. Dengan puncak tertinggi G. Semeru 3.676 m dpl. (merupakan gunung tertinggi di P. Jawa) dan terdapat 4 buah danau dan 50 buah sungai. Selain didominasi oleh pegunungan, di dalam kawasan taman nasional juga terdapat 4 buah danau (ranu) masing-masing : Ranu Pani (1 ha), Ranu Regulo (0,75 ha), Ranu Kumbolo (14 ha) dan Ranu darungan (0,5 ha). Suhu udara berkisar antara 3 s/d 20 derajat Celcius, curah hujan rata-rata 6.604 mm/tahun dan kunjungan terbaik pada bulan Juli – Agustus. Bromo adalah gunungapi tipe cinder cone, gunungapi yang terutama dibentuk oleh litifikasi abu gunungapi, yang berada di dalam kaldera Tengger. Kaldera Tengger berukuran hampir 100 km2, dasarnya tertutup oleh endapan pasir lepas hasil erupsi. Dari kaldera ini muncul lima gunungapi : Bromo, Widodaren, Kursi, Giri, Batok – tetapi yang aktif hanya Bromo. Di dekat Kaldera Tengger ada gunungapi lain, yaitu Semeru. Catatan pertamanya sudah sejak 1775. Sampai sekarang, sudah tercatat sekitar 50 x letusan. Umumnya tipe letusannya Strombolian. Letusan Bromo bersifat ledakan dengan melontarkan bom gunungapi, lapili, pasir, dan abu yang umumnya hanya mempengaruhi sekitar puncak saja. Dalam sejarahnya, Bromo belum pernah tercatat mengalirkan lava. Abu letusannya kadang2 merusak perkebunan di sekitarnya, seperti pada tahun 1915 dan 1948. Sejak 1989, Gunung Bromo telah dipantau secara terus-menerus dari pos pengamatan Cemorolawang di pinggir kaldera Tengger. Seismisitas Gunung Bromo umumnya disebabkan gempa volkanik dangkal, gempa tektonik, pengeluaran gas, serta beberapa gempa dari letusan Semeru. Anak bungsu dari kompleks ini adalah Bromo, salah satu gunung berapi yang paling aktif di Jawa dan paling sering dikunjungi. Erupsi gunung Bromo tercatat pada : 1804, 1815, 1820, 1822, 1825, 1829, 1830, 1835, 1842, 1843, 1844, 1856, 1857, 1858, 1858, 1859, 1860, 1865, 1865, 1866, 1867-68, 1877, 1885, 1885-86, 1886, 1886-87, 1888(?), 1890, 1893, 1896, 1906-07, 1907, 1907-08, 1909, 1910, 1915-16, 1921, 1922, 1928, 1930, 1935, 1939, 1940, 1948, 1950, 1955, 1956, 1972, 1980, 1983(?), 1983, 1984, 1995 (March-May), 1995 (Sep-Dec), 2000 (Nov)-20001 (Jan), 2004 (June).
Erupsi Bromo
Gunung Bromo yang berada dalam kaldera Tengger ini termasuk gunung yang sangat aktif. Erupsi yang terrekam sejak 1800 ini memiliki jeda antara 16 hingga setahun 2 kali.

Sejarah Letusan

Berdasarkan catatan sejarah, letusan atau peningkatan kegiatan vulkanik Gunungapi Bromo mulai tercatat sejak tahun 1804, erupsinya dapat berlangsung pendek yaitu beberapa hari saja (contoh : 12 – 14 Juni 1860) tetapi dapat pula berlangsung satu bulan atau lebih secara terus menerus.
Erupsi Bromo 8 June 2004 dari jarak 2.2 km. Dimbil 9 menit setelah erupsi.
Daur erupsi Gunungapi Bromo tidak menentu yaitu masa istirahat terpendek kurang dari satu tahun sedangkan masa istirahat terpanjang 16 tahun. Peningkatan kegiatan/letusan yang tercatat dalam sejarah aktifitas vulkanik Gunungapi Bromo sejak lebih kurang 200 tahun yang lalu dapat dilihat pada tabel.

Karakter Letusan :

Sepanjang sejarah letusan, setiap kali erupsi menyemburkan abu, pasir, lapilli, dan kadang-kadang melontarkan bongkah lava dan bom vulkanik, kecuali pada kegiatan 1980, pada dasar kawah terbentuk sumbat lava.

Periode letusan :

Periode erupsi dapat berlangsung pendek yaitu beberapa hari saja (12 – 14 Juni 1860), tetapi dapat pula berlangsung satu bulan atau lebih secara terus menerus. Daur erupsi gunungapi Bromo tidak menentu yaitu masa istirahat terpendek kurang dari satu tahun sedangkan masa istirahat terpanjang 16 tahun.

Status AWAS Bromo mulai 23 November 2010

Bromo statusnya dinaikkan menjadi Siaga pada Pukul 8.00 WIB, tetapi
pada pukul 11.00 WIB, tremor sudah semakin lama semakin meningkat
secara menerus, maka per pukul 15.30 WIB,   Kepala PVMBG, Dr Surono
menaikan Bromo menjadi AWAS !
Sumber : Data Dasar Gunungapi Indonesia, Kusumadinata, 1979.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes