22 Mar 2012
21 Mar 2012
14 Aug 2011
NOVEMBER TELAH HUJAN
created by ECO TEWE
Ada hari terang untuk menerbangkan layang-layang
Ada hari gelap untuk menuju pembaringan
Jangan engkau tersenyum hingga lupa menutup mata
Jangan engkau bermimpi tanpa berteman matahari
Kemudian jangan...
Lihatlah ini...,pelitaku
Tidak ada harga yang tidak terbayar untuk kebahagiaanmu
Kita berjalan sampai matahari berpulang
Jejak kita adalah tawa dan tangis tak berima
Kita melihat begitu jelas di sana
Dan kita kembali melihat
Engkau tak akan melihat pendarahan ini
Hanya tentang beberapa perasaan
Sampai kucing tua itu terlantar di jalan
Mungkin aku tak baik lagi
Tapi lihatlah ini pelitaku
Kaki yang berjalan ke arahmu
Hingga langit itu pecah dan kembali terbelah
Kita ada di sana
Di depan bulan november telah hujan
Mengemasi mimpi tanpa menengok ke langit
Hujan datang setelah engkau pergi
Dan mimpi itu tenggelam dalam banjir pagi
Ada hari gelap untuk menuju pembaringan
Jangan engkau tersenyum hingga lupa menutup mata
Jangan engkau bermimpi tanpa berteman matahari
Kemudian jangan...
Lihatlah ini...,pelitaku
Tidak ada harga yang tidak terbayar untuk kebahagiaanmu
Kita berjalan sampai matahari berpulang
Jejak kita adalah tawa dan tangis tak berima
Kita melihat begitu jelas di sana
Dan kita kembali melihat
Engkau tak akan melihat pendarahan ini
Hanya tentang beberapa perasaan
Sampai kucing tua itu terlantar di jalan
Mungkin aku tak baik lagi
Tapi lihatlah ini pelitaku
Kaki yang berjalan ke arahmu
Hingga langit itu pecah dan kembali terbelah
Kita ada di sana
Di depan bulan november telah hujan
Mengemasi mimpi tanpa menengok ke langit
Hujan datang setelah engkau pergi
Dan mimpi itu tenggelam dalam banjir pagi

24 Jun 2011
Terima kasih Tentang Tanyaku Tuhan
pulanglah,tanyakan pada bunda
"Sebenarnya apa warna dari air mata?"
bukankah terlalu cepat untuk seorang kakek?
kelam masih rambut ini tak terlihat terang
bulan pun masih terlalu jauh untuk di dudukkan
menyapa malaikat yang tiap fajar mengetuk pintu
melihat kaca adalah genggaman tangan tuanya
membuka jendela kemudian tentang rumput yang sedang asik memuji Tuhanya
berjalan agak lambat mendung gelap
nafas tak seteratur sinaran surya
terbang mencari petikan dawai entah kemana
jangan teriak,
nafas ini sudah terlalu sesak
nadanya bak denting alarm dalam hatimu
tapi pikiran itu terlalu hambar
hingga pita jarum itu tak lagi berputar
tertunduk meratapi jalan pulang
lemah kupejamkan
"Maaf,,,,Tuhan!".
"Sebenarnya apa warna dari air mata?"
bukankah terlalu cepat untuk seorang kakek?
kelam masih rambut ini tak terlihat terang
bulan pun masih terlalu jauh untuk di dudukkan
menyapa malaikat yang tiap fajar mengetuk pintu
melihat kaca adalah genggaman tangan tuanya
membuka jendela kemudian tentang rumput yang sedang asik memuji Tuhanya
berjalan agak lambat mendung gelap
nafas tak seteratur sinaran surya
terbang mencari petikan dawai entah kemana
jangan teriak,
nafas ini sudah terlalu sesak
nadanya bak denting alarm dalam hatimu
tapi pikiran itu terlalu hambar
hingga pita jarum itu tak lagi berputar
tertunduk meratapi jalan pulang
lemah kupejamkan
"Maaf,,,,Tuhan!".
Karya : ECO TEWE
